Pages

Kamis, 18 Oktober 2012

PEMBELAJARAN BERBASIS LINGKUNGAN CERMINAN PENGGUNAAN MEDIA KONKRIT PADA MATA PELAJARAN IPA

         Siswa sekolah dasar yang memiliki karakteristik pada tataran operasional konkrit mengharuskan kita sebagai guru harus pandai-pandai memilih dan meramu berbagai metode dan media pembelajaran sehingga tercapai efektifitas pembelajaran yang optimal. Media yang digunakan harus sekonkrit mungkin sehingga pelaksanaan metode dapat menjembatani interaksi antara siswa, guru, media, sumber belajar dan lingkungan belajar. Media konkrit dapat ditemukan di lingkungan sekitar sekolah dengan sangat mudah terutama di sekolah yang berada di pedesaan. Pelaksanaan pembelajaran IPA pada materi ajar tertentu agaknya tidak sukar bagi kita untuk mencari media belajarnya. Asalkan kita kreatif bereksplorasi mencari dan memilih media mana yang cocok diterapkan terkait dengan materi ajar yang sedang dibelajarkan.
         Media di sekitar sekolah yang sering relevan dengan karakteristik pembelajaran IPA adalah media kebun sekolah. Dimana di areal tersebut terdapat beraneka ragam hayati yang memang sudah ada atau sengaja diadakan khusus untuk membantu kegiatan pembelajaran IPA. Di kebun sekolah terdapat benda hidup maupun tak hidup yang sangat relevan untuk pembelajaran IPA kelas V tentang mahluk hidup. Terdapat berbagai macam bungan yang relvan dengan materi ajar perkembangbiakan mahluk hidup di kelass VI. Terdapat beraneka ragam tanaman yang memiliki ciri tersendiri dalam hal kemampuan beradaptasi yang juga relevan dengan pembelajaran IPA kelas VI. Dan materi ajar pada kelas III, IV, V dan VI yang banyak terdapat di lingkungan sekitar sekolah. Media belajar kebun sekolah dalam penerapan pembelajaran dengan metode tertentu sesuai dengan tuntutan dari indikator dan tujuan pembelajaran sangat beragam dan tak akan pernah habis digali. Bahkan mata pelajaran lainnya juga dapat mengambl inspirai baik langsung ataupun tak langsung dari media belajar lingkungan sekolah.
         Secara teknis pelaksanaan pembelajaran berbasis lingkungan dengan media pembelajaran lingkungan sekitar sekolah dapat menggunakan ramuan atau campuran berbagai macam metode pembelajaran. Seperti metode CTL, CBSA, demonstrasi, inquiry, eksperimen hingga metode pembelajaran terkini yang beragam jenisnya. Metode-metode tersebut dapat dipilih satu persatu atau dicampur/diramu disesuaikan dengan indkitor apa yang ingin kita capai setelah pembelajaran selesai. Misalnya jikan kita ingin  agar siswa dapat memahami peristiwa penyerbukan pada bunga maka kita dapat menggunakan metode demonstrasi yang diramu dengan metode diskusi dan ceramah. Alasannya karna dengan menunjukkan (mendemonstrasikan ) cara penyerbukan pada bunga hingga proses pembuahan siswa akan secara langsung menyaksikan peristiwa tersebut bukan hanya dihayalan berdasarkan ucapan semata. Contoh lainnya adalah jika kita ingin mencapai indikator agar siswa paham tentang proses terjadinya angin yang bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah kita dapat mendemostrasikan arah asap saat membakar sampah di halaman sekolah. Dan masih banyak lagi ide yang dikembangkan melalui upaya membelajarkan siswa di lingkungan sekolah.
         Setiap kegiatan tak urung juga suatu saat akan menemuai hambatan. Hambatan dalam suatu proses adalah hal biasa yang dapat kita jadikan tantangan  tersendiri. Hambatan tersebut kadang datangnya dari siswa yang sulit dikendalikan saat pelaksanaan kegiatan atau bahkan datang dari kolega yang merasa bahwa inovasi adalah suatu yang berlebihan yang tidak pantas dilakukan oleh hanya seorang guru. Tapi kita hendaknya kembali kepada keyakinan bahwa melakukan hal yang baik dan terbaik selam tidak mengganggu yang lain adalah sah dan benar. Kadangkala hambatan datang dari diri sendiri dimana upaya meyakinkan diri tersebut nyaris gagal sehingga pelaksanaan kegiatan menjadi setengah hati. Sehingga kembali terjadi konflik dalam diri keman mesti melangkah. Keputusan yang terbaik dan benar adalah "laksanakan" karna hal itu adalah yang terbaik. Hambatan lain mungkin datang dari proseedur pelaksanaan yang menjelimet dan terkadang sasaran yang hendak dicapai menjadi kabur. Sebagai contoh krna siswa sedang asik melakukan kegiatan percobaan kecil dan mereka ketagihan. Pernah terjadi suatu saat pembelajaran tentang listrik di kelas VI, karna saking asiknya siswa bereksperimen sehingga guru tidak punya kesempatan untuk melakukan kegiatan lain yang dituntut dalam RPP. Wah bingung juga... Tapi berkat tayangan acara pada suatu stasiun TV yang menayangkan acar apenghargaan kepada guru-guiru kreatif semangat untuk melanjutkan kembali ada. Dalam acara tersebut seorang komentator berkata bahwa sebagai guru jangan hanya terpaku pada rencana awal yang kita buat dengan mengabaikan aspek manusiawi siswa yang kadang muncul secara spontanitas tak terduga saat pembelajaran berlangsung. Perasaan senang dan betah ingin berlama-lama melakukan kegiatan tertentu saat belajar adalah hal yang positif. Akan tetapi jika dikaitkan dengan target maka sudah barang tentu tidak tercapai karna kita sendiri terjebak dalam program pembelajaran yang kita buat sendiri. Saya kembali meyakinkan diri bahwa jika siswa senang berarti adalah awal yang baik untuk membelajarkan siswa pada tahapan selanjutnya sehingga program saya korbankan. Biarlah terlambat sedikit asal selamat demkian pikir saya. Wah jadi ngelantur...
         Demikian sedikit sekelumit pengalaman, pikiran dan pendapat penulis tentang media kebun , pembelajaran dalam kaitannya dengan pembelajaran IPA di sekolah dasar. Semoga bermanfaat.
 
posting ini bisa dilihat juga di:

0 komentar:

Posting Komentar