Siswa sekolah dasar yang memiliki karakteristik pada tataran
operasional konkrit mengharuskan kita sebagai guru harus pandai-pandai
memilih dan meramu berbagai metode dan media pembelajaran sehingga
tercapai efektifitas pembelajaran yang optimal. Media yang digunakan
harus sekonkrit mungkin sehingga pelaksanaan metode dapat menjembatani
interaksi antara siswa, guru, media, sumber belajar dan lingkungan
belajar. Media konkrit dapat ditemukan di lingkungan sekitar sekolah
dengan sangat mudah terutama di sekolah yang berada di pedesaan.
Pelaksanaan pembelajaran IPA pada materi ajar tertentu agaknya tidak
sukar bagi kita untuk mencari media belajarnya. Asalkan kita kreatif
bereksplorasi mencari dan memilih media mana yang cocok diterapkan
terkait dengan materi ajar yang sedang dibelajarkan.
Media di sekitar sekolah yang sering relevan dengan karakteristik
pembelajaran IPA adalah media kebun sekolah. Dimana di areal tersebut
terdapat beraneka ragam hayati yang memang sudah ada atau sengaja
diadakan khusus untuk membantu kegiatan pembelajaran IPA. Di kebun
sekolah terdapat benda hidup maupun tak hidup yang sangat relevan untuk
pembelajaran IPA kelas V tentang mahluk hidup. Terdapat berbagai macam
bungan yang relvan dengan materi ajar perkembangbiakan mahluk hidup di
kelass VI. Terdapat beraneka ragam tanaman yang memiliki ciri tersendiri
dalam hal kemampuan beradaptasi yang juga relevan dengan pembelajaran
IPA kelas VI. Dan materi ajar pada kelas III, IV, V dan VI yang banyak
terdapat di lingkungan sekitar sekolah. Media belajar kebun sekolah
dalam penerapan pembelajaran dengan metode tertentu sesuai dengan
tuntutan dari indikator dan tujuan pembelajaran sangat beragam dan tak
akan pernah habis digali. Bahkan mata pelajaran lainnya juga dapat
mengambl inspirai baik langsung ataupun tak langsung dari media belajar
lingkungan sekolah.
Secara teknis pelaksanaan pembelajaran berbasis lingkungan dengan media
pembelajaran lingkungan sekitar sekolah dapat menggunakan ramuan atau
campuran berbagai macam metode pembelajaran. Seperti metode CTL, CBSA,
demonstrasi, inquiry, eksperimen hingga metode pembelajaran terkini yang
beragam jenisnya. Metode-metode tersebut dapat dipilih satu persatu
atau dicampur/diramu disesuaikan dengan indkitor apa yang ingin kita
capai setelah pembelajaran selesai. Misalnya jikan kita ingin agar
siswa dapat memahami peristiwa penyerbukan pada bunga maka kita dapat
menggunakan metode demonstrasi yang diramu dengan metode diskusi dan
ceramah. Alasannya karna dengan menunjukkan (mendemonstrasikan ) cara
penyerbukan pada bunga hingga proses pembuahan siswa akan secara
langsung menyaksikan peristiwa tersebut bukan hanya dihayalan
berdasarkan ucapan semata. Contoh lainnya adalah jika kita ingin
mencapai indikator agar siswa paham tentang proses terjadinya angin yang
bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah kita dapat
mendemostrasikan arah asap saat membakar sampah di halaman sekolah. Dan
masih banyak lagi ide yang dikembangkan melalui upaya membelajarkan
siswa di lingkungan sekolah.
Setiap kegiatan tak urung juga suatu saat akan menemuai hambatan.
Hambatan dalam suatu proses adalah hal biasa yang dapat kita jadikan
tantangan tersendiri. Hambatan tersebut kadang datangnya dari siswa
yang sulit dikendalikan saat pelaksanaan kegiatan atau bahkan datang
dari kolega yang merasa bahwa inovasi adalah suatu yang berlebihan yang
tidak pantas dilakukan oleh hanya seorang guru. Tapi kita hendaknya
kembali kepada keyakinan bahwa melakukan hal yang baik dan terbaik selam
tidak mengganggu yang lain adalah sah dan benar. Kadangkala hambatan
datang dari diri sendiri dimana upaya meyakinkan diri tersebut nyaris
gagal sehingga pelaksanaan kegiatan menjadi setengah hati. Sehingga
kembali terjadi konflik dalam diri keman mesti melangkah. Keputusan yang
terbaik dan benar adalah "laksanakan" karna hal itu adalah yang
terbaik. Hambatan lain mungkin datang dari proseedur pelaksanaan yang
menjelimet dan terkadang sasaran yang hendak dicapai menjadi kabur.
Sebagai contoh krna siswa sedang asik melakukan kegiatan percobaan kecil
dan mereka ketagihan. Pernah terjadi suatu saat pembelajaran tentang
listrik di kelas VI, karna saking asiknya siswa bereksperimen sehingga
guru tidak punya kesempatan untuk melakukan kegiatan lain yang dituntut
dalam RPP. Wah bingung juga... Tapi berkat tayangan acara pada suatu
stasiun TV yang menayangkan acar apenghargaan kepada guru-guiru kreatif
semangat untuk melanjutkan kembali ada. Dalam acara tersebut seorang
komentator berkata bahwa sebagai guru jangan hanya terpaku pada rencana
awal yang kita buat dengan mengabaikan aspek manusiawi siswa yang kadang
muncul secara spontanitas tak terduga saat pembelajaran berlangsung.
Perasaan senang dan betah ingin berlama-lama melakukan kegiatan tertentu
saat belajar adalah hal yang positif. Akan tetapi jika dikaitkan dengan
target maka sudah barang tentu tidak tercapai karna kita sendiri
terjebak dalam program pembelajaran yang kita buat sendiri. Saya kembali
meyakinkan diri bahwa jika siswa senang berarti adalah awal yang baik
untuk membelajarkan siswa pada tahapan selanjutnya sehingga program saya
korbankan. Biarlah terlambat sedikit asal selamat demkian pikir saya.
Wah jadi ngelantur...
Demikian sedikit sekelumit pengalaman, pikiran dan pendapat penulis
tentang media kebun , pembelajaran dalam kaitannya dengan pembelajaran
IPA di sekolah dasar. Semoga bermanfaat.
posting ini bisa dilihat juga di:
0 komentar:
Posting Komentar