IPA merupakan ilmu yang mempelajari hasil kegiatan manusia
berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar
yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara
lain “penyelidikan, penyusunan dan pengajuan gagasan-gagasan”.
Proses pembelajaran IPA di SD mempunyai fungsi dan pengaruh
yang sangat besar dalam membangun kontruksi kognitif dan psikomotorik siswa.
Siswa di SD pada umumnya banyak mengalami kesulitan dalam kegiatan pembelajaran
bidang studi IPA.
Kenyataan tersebut diatas pada umumnya seringkali dilatar
belakangi oleh rendahnya motivasi belajar siswa untuk bidang studi IPA. Apabila
permasalahan ini tidak segera diambil tindakan oleh pihak-pihak yang mempunyai
hubungan erat yaitu guru maka niscaya siswa akan menemui kesukaran dalam
mengikuti proses pembelajaran IPA.
Menurut Musno (2004 : 04) secara prinsip pengajaran sains
merupakan mata pelajaran yang sangat penting dan perlu sekali dikuasai oleh
siswa karena berhubungan yang sangat penting dan perlu sekali dikuasai oleh
siswa karena berhubungan langsung dengan salah satu aspek kecerdasan individu
dalam pengertian yang luas.
Sejalan dengan kerangka berfikir seperti di atas, guru
hendaknya mampu secara reflektif memberikan penyadaran kepada siswa bahwa pada
dasarnya bidang studi IPA yang dalam proses pembelajarannya dengan angka-angka
sebagai obyek pembelajarannya tidaklah jaih beda dengan bidang studi dan
disiplin ilmu lain.
Hakikat IPA ada
tiga yaitu IPA sebagai proses, produk, dan pengembangan sikap. Produk IPA
berupa fakta, konsep, prinsip, teori, hukum, sedangkan proses IPA merupakan
proses yang dilakukan oleh para ahli dalam menemukan produk IPA. Proses IPA di
dalamnya terkandung cara kerja dan cara berpikir. Sikap yang dikembangkan dalam
pembelajaran IPA adalah sikap ilmiah yang antara lain terdiri atas obyektif,
berhati terbuka, tidak mencampur adukkan fakta dan pendapat, bersifat hati-hati
dan ingin tahu. Proses pembelajaran IPA harus mengacu pada hakikat IPA baik IPA
sebagai produk, proses, dan pengembangan sikap.
Di samping itu,
menurut permen 22 tahun 2005 menyatakan bahwa pendidikan IPA diharapkan
dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam
kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah.
Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Memperoleh
keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan,
keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya
2. Mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
3. Mengembangkan
rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang
saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat
4. Mengembangkan
keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan
membuat keputusan
5. Meningkatkan
kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan
lingkungan alam
6. Meningkatkan
kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu
ciptaan Tuhan
7. Memperoleh
bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan
pendidikan ke SMP/MTs.
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran IPA di SD di samping
untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat
dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, juga
mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan
masalah dan membuat keputusan. Tujuan tersebut dicapai dengan cara mengajarkan
IPA yang mengacu pada hakikat IPA dan menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa. Pembelajaran IPA harus berpusat
pada siswa serta memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan ide atau
gagasan, mendiskusikan ide atau gagasan dengan siswa lain serta membandingkan
ide mereka dengan konsep ilmiah dan hasil pengamatan atau percobaan untuk
merekontruksi ide atau gagasan yang akhirnya siswa menemukan sendiri apa yang
dipelajari.
Selain
melakukan kegiatan reflektif kepada siswa, guru juga bisa memilah-milah metode
yang tepat yang kiranya dapat diterapkan pada siswa
Model Pembelajaran Terpadu
Model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model yang
bedang trend dilakukan dewasa ini. Berdasarkan sifat keterpaduannya
pembelajaran terpadu dapat dibedakan menjadi tiga, yakni model dalam satu
disiplin, model antar bidang, dan model dalam lintas siswa.Salah satu
pembelajaran terpadu melibatkan konsep-konsep dalam satu bidang studi atau
lintas bidang studi. Suatu pola belajar mengajar dalam model pembelajaran
terpadu menggunakan payung untuk memadukan beberapa konsep IPA yang terkait
menjadi satu paket pembelajaran sehingga pemisahan antar konsep tidak begitu
jelas. Sifat model pembelajaran terpadu semacam itu termasuk model connected (
Fogarty, 1991: 55 ). Pelaksanaan pendekatan ini bertolak dari suatu topic atau
tema sebagai payung untuk mengaitkan konsep-konsepnya. Tema sentral hendaknya
diambil dari kehidupan sehari-hari yang menarik dan menantang kehidupan anak
untuk memicu minat anak untuk belajar. Menurut Forarty tema sentral harus
“fertile” dalam arti cakupannya luas dan memberi bekal bagi siswa untuk belajar
selanjutnya,
Model pmbelajaran terpadu diartikan sebagai cara belajar
mengajar yang menarik dan menantang kehidupan anak untuk memicu minat anak
belajar.
Langkah-Langkah
Penyusunan Model Pembelajaran Terpadu
o
Mengkaji GBPP IPA untuk menganalisis
konsep-konsep penting yang akan diajar.
o
Membuat
bagan konsep yang menghubungkan konsep satu dengan konsep lannya
o
Memilih
tema sentral yang dapat menjadi payung untuk memadukan konsep-konsep tersebut
o
Membuat
TPK dan deskripsi kegiatan pembelajaran yang disesuaikan dengan ingkat
perkembangan untuk setiap kondep.
o
Menyusun
bahan bacaan berupa bacaan cerita yang mengacu pada tema, disertai gambar dan
permainan.
o
Menyusun
jadwal kegiatan dan alokasi waktu yang diperlukan secara proporsional.
o
Menyusun
kisi-kisi perangkat tes dan soal tes.
Kebaikan dan Keterbatasannya
Dalam pembelajaran terpadu siswa
diajak mengamati gejala alam seadanya, tidak dipilah-pilah menurut biologi atau
fisika, juga tidak dibedakan hal-hal yang menyebabkan siswa melihatnya secara
terkotak-kotak. Melalui pembelajaran siswa diajak untuk melakukan pengelompokan
berdasarkan hal yang termati oleh mereka. Keterbatasannya jika konsepnya sudah
kompleks, sulit dipadukan atau guru mengalami kesulitan untuk memadukannya.
Penerapan Model Pembelajaran Terpadu
Terhadap Mata Pelajaran IPA
Dalam
menyusun pembelajaran terpadu. IPA merupakan hasil kegiatan manusia berupa
gagasan, pengetahuan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitarnya
yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah seperti
penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan. Oleh karena itu, dalam
pembelajaran siswa membangun pengatahuan berdasarkan pengamatan, pengalaman,
penyusunan gagasan melalui suatu percobaan sangatlah penting. Dalam
pengembangan pembelajaran terpadu siswa hendaknya dilibatkan kegiatan langsung
pada objek nyata, karena akan membantu siswa untuk berpikir melalui pengalaman
belajarnya.
Kehidupan anak
tidak terlepas dari lingkungan tempat tinggal mereka. Pendekatan lingkungan
dapat digunakan dalam pembelajaran, terutama pembelajaran IPA. Melalui model
pembelajaran terpadu guru dapat melalui lingkungan, guru dapat mengajarkan
tentang lingkungan dan guru dapat mengajar untuk kegiatan lingkungan. Melalui
lingkungan yang dijadikan sarana dan sumber belajar hendaknya siswa lebih
mencintai lingkungan sekitarnya.
Dengan kata
lain pelajaran akan lebih mudah bila dimulai dengan hal-hal yang sudah
diketahui atau dialami oleh siswa. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan
oleh Nasution, belajar memberikan hasil yang sebaik-baiknya bila berdasarkan
pada pengalaman pribadi atau interaksi, artinya aksi dan reaksi antara
individualis dengan lingkungannya (Nasution, 1982;76).
Jadi melalui pengalaman, anak dapat
menerima rangsangan-rangsangan dari luar yang beraksi terhadap perangsang yaitu
ia mengamati, memikirkan, mengelolanya dan menentukan sikap dan kelakuannya
terhadap pengaruh dari lingkungan itu.