Pages

Senin, 24 Desember 2012

Proses Pembelajaran IPA di SD

IPA merupakan ilmu yang mempelajari hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain  “penyelidikan, penyusunan dan pengajuan gagasan-gagasan”.
Proses pembelajaran IPA di SD mempunyai fungsi dan pengaruh yang sangat besar dalam membangun kontruksi kognitif dan psikomotorik siswa. Siswa di SD pada umumnya banyak mengalami kesulitan dalam kegiatan pembelajaran bidang studi IPA.
Kenyataan tersebut diatas pada umumnya seringkali dilatar belakangi oleh rendahnya motivasi belajar siswa untuk bidang studi IPA. Apabila permasalahan ini tidak segera diambil tindakan oleh pihak-pihak yang mempunyai hubungan erat yaitu guru maka niscaya siswa akan menemui kesukaran dalam mengikuti proses pembelajaran IPA.
Menurut Musno (2004 : 04) secara prinsip pengajaran sains merupakan mata pelajaran yang sangat penting dan perlu sekali dikuasai oleh siswa karena berhubungan yang sangat penting dan perlu sekali dikuasai oleh siswa karena berhubungan langsung dengan salah satu aspek kecerdasan individu dalam pengertian yang luas.
Sejalan dengan kerangka berfikir seperti di atas, guru hendaknya mampu secara reflektif memberikan penyadaran kepada siswa bahwa pada dasarnya bidang studi IPA yang dalam proses pembelajarannya dengan angka-angka sebagai obyek pembelajarannya tidaklah jaih beda dengan bidang studi dan disiplin ilmu lain.
Hakikat IPA ada tiga yaitu IPA sebagai proses, produk, dan pengembangan sikap. Produk IPA berupa fakta, konsep, prinsip, teori, hukum, sedangkan proses IPA merupakan proses yang dilakukan oleh para ahli dalam menemukan produk IPA. Proses IPA di dalamnya terkandung cara kerja dan cara berpikir. Sikap yang dikembangkan dalam pembelajaran IPA adalah sikap ilmiah yang antara lain terdiri atas obyektif, berhati terbuka, tidak mencampur adukkan fakta dan pendapat, bersifat hati-hati dan ingin tahu. Proses pembelajaran IPA harus mengacu pada hakikat IPA baik IPA sebagai produk, proses, dan pengembangan sikap.
Di samping itu, menurut permen 22  tahun 2005 menyatakan bahwa pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar  menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 
1.      Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya
2.      Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
3.      Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip  dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,  teknologi dan masyarakat
4.      Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan
5.      Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam
6.      Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
7.      Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
      Dari uraian di atas menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran IPA di SD di samping untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,  juga  mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. Tujuan tersebut dicapai dengan cara mengajarkan IPA yang mengacu pada hakikat IPA dan menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa. Pembelajaran IPA harus berpusat pada siswa serta memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan ide atau gagasan, mendiskusikan ide atau gagasan dengan siswa lain serta membandingkan ide mereka dengan konsep ilmiah dan hasil pengamatan atau percobaan untuk merekontruksi ide atau gagasan yang akhirnya siswa menemukan sendiri apa yang dipelajari.
Selain melakukan kegiatan reflektif kepada siswa, guru juga bisa memilah-milah metode yang tepat yang kiranya dapat diterapkan pada siswa
Model Pembelajaran Terpadu
Model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model yang bedang trend dilakukan dewasa ini. Berdasarkan sifat keterpaduannya pembelajaran terpadu dapat dibedakan menjadi tiga, yakni model dalam satu disiplin, model antar bidang, dan model dalam lintas siswa.Salah satu pembelajaran terpadu melibatkan konsep-konsep dalam satu bidang studi atau lintas bidang studi. Suatu pola belajar mengajar dalam model pembelajaran terpadu menggunakan payung untuk memadukan beberapa konsep IPA yang terkait menjadi satu paket pembelajaran sehingga pemisahan antar konsep tidak begitu jelas. Sifat model pembelajaran terpadu semacam itu termasuk model connected ( Fogarty, 1991: 55 ). Pelaksanaan pendekatan ini bertolak dari suatu topic atau tema sebagai payung untuk mengaitkan konsep-konsepnya. Tema sentral hendaknya diambil dari kehidupan sehari-hari yang menarik dan menantang kehidupan anak untuk memicu minat anak untuk belajar. Menurut Forarty tema sentral harus “fertile” dalam arti cakupannya luas dan memberi bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya,
Model pmbelajaran terpadu diartikan sebagai cara belajar mengajar yang menarik dan menantang kehidupan anak untuk memicu minat anak belajar.
      Langkah-Langkah Penyusunan Model Pembelajaran Terpadu
o   Mengkaji GBPP IPA untuk menganalisis konsep-konsep penting yang akan diajar.
o   Membuat bagan konsep yang menghubungkan konsep satu dengan konsep lannya
o   Memilih tema sentral yang dapat menjadi payung untuk memadukan konsep-konsep tersebut
o   Membuat TPK dan deskripsi kegiatan pembelajaran yang disesuaikan dengan ingkat perkembangan untuk setiap kondep.
o   Menyusun bahan bacaan berupa bacaan cerita yang mengacu pada tema, disertai gambar dan permainan.
o   Menyusun jadwal kegiatan dan alokasi waktu yang diperlukan secara proporsional.
o   Menyusun kisi-kisi perangkat tes dan soal tes.
Kebaikan dan Keterbatasannya
                    Dalam pembelajaran terpadu siswa diajak mengamati gejala alam seadanya, tidak dipilah-pilah menurut biologi atau fisika, juga tidak dibedakan hal-hal yang menyebabkan siswa melihatnya secara terkotak-kotak. Melalui pembelajaran siswa diajak untuk melakukan pengelompokan berdasarkan hal yang termati oleh mereka. Keterbatasannya jika konsepnya sudah kompleks, sulit dipadukan atau guru mengalami kesulitan untuk memadukannya.
Penerapan Model Pembelajaran Terpadu Terhadap Mata Pelajaran IPA
Dalam menyusun pembelajaran terpadu. IPA merupakan hasil kegiatan manusia berupa gagasan, pengetahuan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitarnya yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah seperti penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran siswa membangun pengatahuan berdasarkan pengamatan, pengalaman, penyusunan gagasan melalui suatu percobaan sangatlah penting. Dalam pengembangan pembelajaran terpadu siswa hendaknya dilibatkan kegiatan langsung pada objek nyata, karena akan membantu siswa untuk berpikir melalui pengalaman belajarnya.
Kehidupan anak tidak terlepas dari lingkungan tempat tinggal mereka. Pendekatan lingkungan dapat digunakan dalam pembelajaran, terutama pembelajaran IPA. Melalui model pembelajaran terpadu guru dapat melalui lingkungan, guru dapat mengajarkan tentang lingkungan dan guru dapat mengajar untuk kegiatan lingkungan. Melalui lingkungan yang dijadikan sarana dan sumber belajar hendaknya siswa lebih mencintai lingkungan sekitarnya.
Dengan kata lain pelajaran akan lebih mudah bila dimulai dengan hal-hal yang sudah diketahui atau dialami oleh siswa. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Nasution, belajar memberikan hasil yang sebaik-baiknya bila berdasarkan pada pengalaman pribadi atau interaksi, artinya aksi dan reaksi antara individualis dengan lingkungannya (Nasution, 1982;76).
Jadi melalui pengalaman, anak dapat menerima rangsangan-rangsangan dari luar yang beraksi terhadap perangsang yaitu ia mengamati, memikirkan, mengelolanya dan menentukan sikap dan kelakuannya terhadap pengaruh dari lingkungan itu.


Cara Manusia Bernapas

Sumber : youtube

Sabtu, 22 Desember 2012

Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Think-Pair-Share Dalam pembelajaran IPA di SD

PENDIDIKANdi Indonesia selalu diarahkan untuk mencapai sasaran atau tujuan yang sudah ditetapkan bersama. Oleh karena itu berbagai upaya dikembangkan oleh pelaku pendidikan untuk mencapai suatu tujuan yang direncanakan tersebut. 
Tujuan Pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-Undang nomor: 20 Tahun 2003 yaitu: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Seluruh komponen pendidikan diharapkan dapat membawa kemajuan pendidikan menjadi lebih baik,meskipun kenyataannya masih banyak masalah yang berhubungan dengan kualitas pendidikan,khususnya di Sekolah Dasar diantaranya: penyampaian materi pembe lajaran yang kurang tepat, kurangnya kemampuan siswa dalam menyerap pelajaran, guru  kurang kreatif  dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran di kelas.
Untuk mengatasi masalah tersebut di atas,guru bisa menggunakan model pembelajaranyang bervariasi sesuai dengan materi dankondisi siswa di sekolah pada semua mata pelajaran khususnya pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) dalam setiap kegiatan belajar mengajar, karena mata pelajaran IPA bersentuhan langsung dengan alam sekitar dan kehidupan sehari-hari siswa.
Upaya peningkatan hasil belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini dibutuhkan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi  lebih menarik dan disukai oleh peserta didik . Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal.
Model pembelajaran yang perlu diterapkan di sekolah untuk pelajaran IPA misalnya, model pembelajaran Think–Pair–Share (TPS). Model pembelajaran ini termasuk dalam kelompok model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Penggunaan atau penerapan model pembelajaran ini dalam kegiatan belajar mengajar di kelas mata pelajaran IPA SD diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada khususnya dan meningkatkan kualitas pendidikan pada umumnya. Dan Penggunaan model pembelajaran TPS ini akan memberikan suasana yang menyenangkan, saling bekerjasama dalam kelompok.
Beberapa keunggulan model pembelajaran TPS adalah:1. memungkinkan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain, 2. mengoptimalkan partisipasi siswa pada orang lain. Model pembelajaran Think-Pair-Share adalah strategi pembelajaran yang sederhana tetapi sangat bermanfaat dan dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas Marylin.
Think berarti berfikir, Pair berarti berpasangan, Share berarti berbagi dan dapat disingkat TPS. Pembelajaran kooperatif yang menggunakan TPS mengikuti langkah-langkah, siswa berfikir terhadap masalah yang diajukan oleh guru kepada siswa di kelas, siswa diminta untuk memikirkan sebuah jawaban dari mereka sendiri, lalu siswa berpasangan dengan pasangannya untuk berdiskusi tentang hasil pemikiranya terhadap masalah yang diajukan oleh guru hingga tercapai sebuah kesepakatan terhadap jawaban, dan akhirnya guru meminta siswa berbagi hasil untuk seluruh kelas.
Alasan perlunya menggunakan model Pembelajaran TPS, adalah: 1)TPS membantu menstrukturkan diskusi, 2)TPS dapat meningkatkan partisipasi dan banyaknya informasi yang dapat diingat oleh peserta didik, 3) TPS meningkatkan kualitas peserta didik dalamdiskusi kelas, 4) peserta didik dapat mengembangkan kecakapan hidup sosial mereka karena melakukan diskusi dan berbagi dengan orang lain.
Prosedur Model Pembelajaran TPS adalah:
1. Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok terdiri dari empat orang siswa. 
2. Guru memberikan tugas pada setiap kelompok.
3. Masing-masing anggota kelompok memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri-sendiri terlebih dahulu.
4. Kelompok membentuk anggota-anggotanya secara berpasangan. Setiap pasangan mendiskusikan hasil pengerjaan individunya.
5. Kedua pasangan lalu bertemu kembali dalam kelompok masing-masing untuk Share hasil diskusinya.
Pelaksanaan Think-PAIR-Share (TPS) pada tahap berpikir, setiap siswa berpikir secara mandiri untuk menjawab pertanyaan atau masalah yang diberikan guru. Pada tahap berpasangan, siswa secara berpasangan berdiskusi untuk menghasilkan jawaban bersama. Pada tahap berbagi, beberapa pasangan siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya di dalam kelas. Dengan menggunakan Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) dalam pembelajaraan IPA di sekolah dasar dapat meningkatkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik.

sumber :  http://www.balikpapanpos.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=80463


METODE FUN LEARNING DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS 1 SD

Metode fun learning adalah metode pembelajaran di mana seorang guru dapat menciptakan suasana hangat dan menyenangkan dalam pembelajaran karena dengan suasana yang hangat dan menyenangkan apapun yang kita ajarkan akan mudah diterima dengan senang hati dan ketika sesuatu itu mudah diterima maka anak akan mudah melakukan suatu perubahan.
Seorang guru atau ustadz dikatakan profesional salah satu cirinya adalah kalau ia pandai di dalam mengelola kelas atau pandai mengajar, tidak membosankan, ia pandai membuka kelas, pandai menyampaikan materi dan pandai menutup pelajaran, anak-anaknya suka belajar bersamanya.
Selanjutnya guru yang menguasai dan terampil menggunakan berbagai pendekatan dan strategi pengelolaan kelas akan dengan mudah dapat menciptakan dan mempertahankan iklim belajar yang baik dan menyenangkan. Iklim yang demikian itu memberi peluang kepada siswa untuk mengembangkan potensi-potensi dirinya secara optimal. Cuma masalahnya adalah tidak banyak seorang guru atau ustadz/zah yang mau bersusah payah mencari inovasi-inovasi baru dalam pembelajaran, yang penuh dengan kreatifitas.
Agar kita dapat menciptakan suasana fun learning, dibutuhkan penggunaan metode belajar yang tepat. Sebagaimana kita ketahui, kedudukan metode sangatlah penting dalam proses interaksi antara guru dan siswa ketika belajar, yaitu sebagai alat motivasi ekstrinsik, sebagai strategi pengajaran dan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Oleh sebab itu, seorang guru harus bisa memilih metode yang sesuai dengan kondisi anak dan disesuaikan pula dengan materi pelajaran yang akan disampaikan.
Pada anak-anak Sekolah Dasar khususnya kelas 1diharuskan menggunakan pembelajaran tematik yaitu pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik, karena anak-anak pada usia ini berada pada rentangan usia dini yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan sehingga pembelajarannya masih bergantung pada obyek-obyek konkrit dan pengalaman yang dialami.
Dari pengalaman saya, sebagai seorang guru yang mengajar di kelas 1 harus selalu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan agar anak-anak dapat dengan mudah menerima pelajaran tersebut. Selain itu kondisi kelas mulai dari tata ruang sampai tempat duduk siswa juga harus diganti. Agar terlaksana pembelajaran tematik yang fun learning disini saya mencoba menggunakan teknik nyanyian dan suasana kelas disesuaikan dengan tema pembelajaran yang akan dilakukan.
Anak anak kelas 1 masih senang jika disuruh menyanyi dan bermain. Oleh karena itu saya selalu melakukan hal tersebut.
Salah satu contohnya, misal kita ambil salah satu tema di semester 1 yaitu tema keluarga cara pembelajarannya sebagai berikut:
1. Di dalam kelas ada banyak gambar yang berkaitan dengan keluarga dengan memasang di dinding-dinding kelas.
2. Siswa di bagi dalam beberapa kelompok dengan begitu siswa duduk dengan posisi pada kelompoknya masing-masing.
3. Dari tema keluarga selanjutnya kita dapat mengelompokkan sesuai dengan mata pelajaran yang akan disampaikan.
4. Untuk pelajaran IPA dari tema ini siswa mampu menyebutkan bagian-bagian tubuh manusia dan fungsinya.
5. Untuk pelajaran matematika siswa mampu membilang 1 sampai dengan10.
6. Untuk pelajaran IPS siswa mampu menyebutkan identitas saudara kandung yang lebih tua (nama lengkap, jenis kelamin, agama, dll) di depan kelas, menyebutkan identitas saudara kandung yang lebih muda (nama lengkap, jenis kelamin, agama, dll) di depan kelas dan menyebutkan identitas anggota keluarga yang lain.
7. Untuk pelajaran SBK siswa mampu mengidentifikasi unsur rupa dari gambar keluarga.
Selanjutnya membagi siswa dalam beberapa kelompok. Misalnya 1 kelompok terdiri dari 4 orang. Agar Susana di kelas tidak kaku maka pembagiannya dengan bernyanyi. Liriknya sebagai berikut:
Halo-halo apa kabar
Tepuk tangan
Kedipkan matamu
Goyang ke kanan
Goyang kekiri
Putar-putar-putar
Cari 2 orang…….( diulangi sampai cari 4 orang).
Respon positif siswa di sini disambut dengan baik dan terlihat mereka senang sekali. Nah setelah kelompok terbentuk. Anak-anak juga sudah dalam keadaan ceria kita bisa mulai pembelajarannya.
Lagu diatas selanjutnya dipakai dalam pembelajaran. Misal untuk pembelajaran IPA, seperti yang dikatakan sebelumnya kelas sudah dalam kondisi tema keluarga. Maka selanjutnya guru bisa memulai pembelajaran. Anak-anak sudah bersiap-siap dengan instruksi guru.
Halo-halo apa kabar
Tepuk tangan
Kedipkan matamu
Goyang ke kanan
Goyang kekiri
Putar-putar-putar
Cari 2 gambar mata…..( semua kelompok berusaha mencari anggota badan mata)
Lagu tersebut bisa dipakai berulang-ulang dengan mengganti pada kalimat terakhir yang ingin di cari apa.
Antusias anak-anak dapat terlihat dari permainan ini, mereka semua sangat bersemangat ingin mendapatkan apa yang di instruksikan guru. Tapi ada juga yang tidak dapat atau salah mengambil, maka jika hal itu terjadi anak-anak tetap di beri semangat dan pengertian agar tidak kecewa.
Nah setelah semua anggota badan diambil. Permainan bisa diulang lagi untuk mencari apa fungsinya dari masing-masing anggota badan tersebut. Nanti kelompok yang paling cepat mendapatkan berarti itulah pemenangnya.
Hal diatas hanya salah satu dari penerapan fun learning, tentunya masih banyak yang bisa kita lakukan sebagai seorang guru yang mencintai anak-anak dan masih banyak ide-ide kreatif yang dapat kita lakukan agar anak-anak dapat termotifasi untuk belajar terus. Seorang pendidik sejati adalah Orang yang bisa membuat semua hal yang sulit menjadi mudah dipahami, yang rumit menjadi mudah dimengerti, atau yang sukar menjadi mudah dilakukan (Ralph Waldo Emerson) dan Siswa tidak akan peduli betapa pintarnya seorang guru, yang mereka pedulikan adalah apakah guru tersebut juga peduli terhadap dirinya(Anonymous).

 sumber : http://guraru.org/news/2012/06/09/878/metode_fun_learning_dalam_pembelajaran_tematik_kelas_1_sd.html

Metode Pembelajaran IPA di SD

Prestasi siswa di mata pelajaran IPA tidak memuaskan. Sebagian besar siswa justru menganggap IPA sebagai pelajaran yang sulit dan menjadi momok. Apalagi para guru IPA dalam menyampaikan pelajaran justru menggunakan metode yang mendukung opini tersebut di atas. Hal ini bisa dilihat dari jawaban siswa ketika kepada mereka ditanya mata pelajaran apa yang dirasa sulit, maka jawabannya adalah IPA.
Pelajaran IPA yang di dalamnya mencakup biologi dan fisika untuk siswa tingkat SD sebenarnya tidak sulit. Hal ini disebabkan karena obyek yang dibahas dalam pelajaran tersebut ada di sekitar kita. Tinggal sekarang para guru mau atau tidak menggunakan lingkungan tempat kita hidup sebagai media pembelajaran. Pelajaran IPA bila diberikan dengan cara ceramah akan menjadi sangat sulit. Daya nalar anak tingkat sekolah dasar belum cukup untuk membayangkan dan merasionalisasikan cerita yang disampaikan bapak dan ibu guru. Para guru sebenarnya menyadari bahwa metode pembelajaran yang mereka gunakan tidak cocok namun para guru dibatasi oleh tugas lain sehingga tidak ada waktu untuk membuat persiapan menggunakan metode pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa. Akibatnya hasil belajar siswapun cenderung hanya sebatas menghafal konsep yang diajarkan oleh guru, mereka tidak mempunyai keberanian melakukan inovasi dan rekonstruksi apa yang mereka terima dari guru. Kalau toh kemudian pada akhir semester mereka mendapatkan nilai yang baik bahkan sempurna (100) bukan berarti prestasi tersebut menunjukkan keberhasilan metode pembelajaran guru namun lebih pada tingkat hafalam mereka pada konsep.
Saya menawarkan kembali metode yang selama ini sudah dilakukan oleh Direktorat TK/SD Kemendikbud melalui Proyek SEQIP (Science Education Quality Improvement Project) suatu peroyek peningkatan kualitas pendidikan IPA di SD yaitu melalui metode penemuan terbimbing. Secara singkat struktur pembelajaran terdiri dari tiga tahapan, tahap 1 adalah apersepsi/motivasi. Waktu yang diperlukan sekitar 5 menit untuk memberikan kesempatan kepada siswa fokus pada topik yang akan dibahas. Langkah yang bisa dilakukan antara lain dengan bercerita singkat, menyanyi, demonstrasi, eksperimen singkat, ataupun simulasi yang diakhiri dengan penulisan tentang masalah yang akan diselesaikan melalui topik ini. Tahap 2 adalah kegiatan inti, berupa penyajian fakta melalui demostrasi/ekserimen untuk melatih siswa melakukan pengamatan. Kegiatan ini akan menghasilkan data yang kemudian siswa dilatih untuk mengkontruksi konsep yang dipelajari. Tahap 3 adalah pemantapan (+/- juga 5 menit), dapat berupa pemberian tugas, PR, atau resume dari pelajaran hari ini. Apabila pembaca adalah guru IPA SD yang pernah mengikuti pelatihan IPA SEQIP akan segar kembali ingatannya untuk kembali menggunakan metode ini. Metode ini sangat cocok untuk topik IPA yang manapun dari kurikulum SD, karena disini peran guru akan NGAJARI IPA dan bukan NGABARI IPA kepada siswa. Sayang kegiatan ini belum tuntas untuk seluruh wilayah Indonesia karena terbentur pelaksanaan OTODA sehingga kebijakan pendidikan menjadi kewenangan para kepala daerah. Sementara kualitas pendidikan belum banyak yang dijadikan sebagai prioritas dalam program pembangunan di daerah.
Tidak ada metode pembelajaran yang akan berhasil diserap siswa 100%, namun cara belajar sangat menentukan daya serap siswa. Siswa yang hanya belajar dengan cara mendengar maka daya serapnya hanya mencapai maksimal 20%, melihat 30%, mendengar dan melihat 50%, merumuskan sendiri 70% dan melakukan sendiri 90%. Jadi metode apapun yang digunakan sebaiknya dipilih yang paling banyak mengaktifkan siswa. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menganjurkan untuk mengubah paradikma mengajar bukan TCL (berpusat pada guru) melainkan secara SCL (berpusat pada siswa). Namun hal ini tidak berarti kemudian siswa dilepas sendiri tanpa ada pengarahan dalam menggali konsep-konsep yang dipelajari. Membelajarkan siswa dengan baik dan benar akan membuat mereka menjadi insan yang cerdas dan berakhlaq mulia. Penyertaan siswa dalam proses pembelajaran memang memerlukan waktu lebih banyak untuk membuat persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. Namun pengorbanan para guru itu akan dibayar dengan keberhasilan bangsa ini dalam meraih kejayaan dikemudian hari karena dipimpin oleh para siswa yang dulu belajar sungguh-sungguh di sekolah. Prestasi mereka adalah prestise buat para guru. Tiada kebanggaan yang lebih tinggi yang dirasakan oleh seorang guru selain menyaksikan anak didiknya berhasil dalam membangun bangsa ini ke depan. Kita mulai sekarang karena kalau besok  berarti sudah terlambat. Mengutip salah satu syair lagu “janganlah kita baru mengenakan celana sementara bangsa lain sudah berlari meninggalkan kita”

sumber : http://edukasi.kompasiana.com/2012/12/01/metode-pembelajaran-ipa-di-sd-507615.html